Titik 0%
KETIKA Atas Angin hadir pertama kali di tengah-tengah pembaca pada Agustus
2012 lalu, ada sebuah mimpi besar tentang media sastra (dan budaya secara umum)
di Bojonegoro. Media itu tak sekadar disuguhkan bagi pembaca saja, melainkan
juga menjadi ruang bagi penulis di Bojonegoro dan sekitarnya. Artinya, media itu milik penulis sekaligus
pembaca.
Kenapa demikian?
Karena kami yakin setiap orang berhak membaca dan menulis sastra. Soal nanti
sastra itu akan mendapat stempel “bagus” atau “jelek”, semua berpulang kepada
pembaca dan penulis itu sendiri. Dan Atas
Angin hadir dalam posisi hendak mendekatkan penulis dengan pembaca atau
sebaliknya. Atas Angin hadir dengan semangat memberikan suguhan bacaan sastra
dan budaya bagi masyarakat Bojonegoro. Tentu bacaan yang menginspirasi, bacaan yang merangsang syahwat berkarya, dan
mungkin juga menjadi bacaan yang menjemukan.
Tapi sekali lagi,
Atas Angin bukan “hakim” yang
mempunyai hak menjustifikasi karya yang “bagus”. Pemilihan naskah yang pada
akhirnya dimuat dalam setiap edisi, hanyalah sebuah ikhtiar Atas Angin untuk memudahkan pembaca
menikmati setiap karya, yang tentu pemilihan itu tetap didasari oleh
subyektivitas redaksi yang ada di dalamnya.
Sebagaimana dalam
edisi kali ini, Atas Angin khusus
menghadirkan karya-karya berupa cerita pendek (cerpen). Bukan tanpa tujuan kami
menghadirkan delapan cerpen di edisi ini. Karena cerpen banyak disukai oleh
pembaca atau pun penulis yang mengirimkan karyanya ke meja redaksi. Selain itu, Atas Angin ingin memberikan sesuatu yang selalu segar kepada
pembaca yang budiman.
Pada edisi kali
ini, ada sedikit yang berbeda dibandingkan dengan edisi-edisi sebelumnya. Yakni
nama Yanusa Nugroho ada dalam deretan nama penulisnya. Kehadiran Yanusa
Nugroho, penulis buku yang karya-karyanya sudah dikenal luas oleh masyarakat,
melalui karyanya adalah bentuk kepercayaannya kepada Atas Angin untuk ikut memuat salah satu cerpennya. Kiriman cerpen
Yanusa berawal dari percakapan kami dengan sang penulis, yang berlanjut dengan
obrolan dan permohonan karya untuk dimuat di Atas Angin. Dan tidak lama kemudian, sang penulis mengirim salah
satu karyanya ke email redaksi Atas Angin.
Atas Angin bukan
sebuah kiblat media budaya, meski Atas
Angin saat ini adalah ‘satu-satunya’ media kebudayaan di wilayah Bojonegoro
dan sekitarnya yang masih eksis. Karena Atas
Angin adalah “seorang” teman bagi keluarga di tengah-tengah media yang
menyajikan informasi-informasi aktual. Atas
Angin berusaha hadir untuk mengisi ruang yang kosong, yakni ruang budaya di
Bojonegoro dan sekitarnya.
Pada akhirnya
kami mengucapkan banyak terimakasih kepada penulis yang menyumbangkan karyanya
pada edisi ini, dan menghaturkan hormat kepada pembaca setia Atas Angin. Mari jadikan Atas Angin sebagai media budaya yang
ikut mewarnai arah kebudayaan Bojonegoro. Edisi “0% Cerpen” adalah suguhan
terbaru kami untuk pembaca yang budiman. Karena 0% adalah kadar paling tinggi
yang mampu kami hadirkan. Dan pembaca boleh mengukurnya dengan prosentase
angka-angka lain. Selamat membaca!
Redaksi
Posting Komentar