BEDA ITU GILA

Oleh Mohamad Tohir

foto : carti-online.com

SAYA SERING ditanya mengapa menggemari Paulo Coelho. Saya lagi-lagi tak bisa menjawab dengan alasan-alasan yang pas. Memang, di rak saya, berderat buku-buku Coelho. Punya dia mungkin yang terbanyak yang saya punya. Mulai dari Alkemis, Zahir, Aleph, Di Tepi Sungai Piedra, Eleven Minutes, The Devil and Miss Prim, Seperti Sungai yang Mengalir, dan sebuah wawancara oleh Juan Arias: Obrolan dengan Sang Penziarah. Satu judul yang raib: Veronica Memutuskan Mati. Yang hilang inilah yang ingin saya tulis saat ini. Sebagai kenangan lah, bahwa saya pernah mereguk isi buku itu.
Veronika Memutuskan Mati adalah satu dari Trilogi Tujuh Harinya Coelho, lainnya Di Tepi Sungai Piedra Aku Duduk dan Menangis dan The Devil and Miss Prim. Ketiga buku ini judulnya bagus sekali. Tegas dan indah. Saya membeli ketiga buku itu dalam rentang waktu yang jauh sekali, karena menyesuaikan kantong saya yang sering berisi angin dan beberapa butir marneng.
Veronika Memutuskan Mati (VMM) adalah cerita yang menggugah. Tentang makna menjadi individu. Dalam buku ini Veronika adalah seorang perempuan yang mencoba bunuh diri karena merasa depresi terhadap hidup yang dijalaninya. Dia bermimpi menjadi pianis tapi tidak diterima ibunya. Ibunya beranggapan bahwa menjadi seniman tidak bisa untuk menjalani hidup. Dia akhirnya kuliah mengambil jurusan hukum, menuruti ibunya. Ia merelakan mimpinya demi kebaikan sang ibu. Hingga akhirnya merasakan sebuah kehampaan yang membawa dia ingin bunuh diri.
Namun dia selamat tapi dokter berkata padanya dia mengalami kerusakan jantung. Hidupnya divonis tak bakal sampai 7 hari lagi oleh dokter itu, namanya Dr. Igor. Veronika dirawat di sebuah rumah sakit bersama orang-orang sakit jiwa lainnya. Dr. Igor sekaligus menjadikan Veronika sebagai objek penelitiannya mengenai sebuah gejala kejiwaan dan penyembuhnya. Sakit jiwa tidak boleh dikekang atau dipingit. Sakit jiwa bisa disembuhkan. Dr. Igor sedang membuat tesis tentang itu.
Di sinilah Veronika berjumpa dengan banyak orang yang memberinya banyak perspektif tentang hidup. Dia bertemu dengan seorang perempuan bernama Zedka yang dianggap gila karena tidak bisa memiliki lelaki yang dicintainya. Zedka bertanya pada Veronica, apa arti gila? Bagi Zedka, gila adalah menjalani hidup seperti apa yang dia inginkan, bukan menjadi apa yang orang lain harapkan pada dirinya. Veronika merasakan bahwa itu adalah dirinya.
Dia juga bertemu dengan Mari. Dia wanita yang memilih tinggal di rumah sakit jiwa setelah pernikahannya gagal. Dia divonis terlalu memaksakan menjadi bukan dirinya, memaksan diri menjadi seperti orang lain. Padahal setiap pribadi punya keunikan sendiri-sendiri. Gila adalah perilaku yang berbeda. Maka, bagi Mari, tinggal di rumah sakit jiwa menjadi lebih menyenangkan karena tiap orang memiliki satu kesamaan: mereka beda.
Ada juga lelaki bernama Eduard. Dia seorang yang melukiskan surga dengan gambar-gambar surealis. Dia hidup dalam dunianya yang sempit dan sendiri. Tidak ada yang lain dalam hidupnya selain melukis. Eduard adalah anak pejabat yang tidak bisa menuruti keinginan orangtuanya agar menyelesaikan pendidikan formalnya. Dia gandrung pada seni lukis sementara seni dipandang tidak menjajikan dalam hidup. Nasibnya hampir sama dengan Veronika. Di akhir cerita, mereke berdua akhirnya kabur dari rumah sakit jiwa.
Veronika ingin melakukan apa yang dia inginkan sebagai manusia tanpa harus berpikir tentang keinginan dan tekanan sekeliling. Dia ingin merasakan rasa senang, sedih, marah, cinta, dan benci sekaligus dalam hidupnya yang tersisa beberapa hari lagi. Bayang-bayang kematian selalu melekat padanya. Tidak ada lagi keinginan bunuh diri sebab ia sudah pasti. Tidak ada lagi bayangan muluk-muluk masa depan dalam untuk hidupnya. Dia hanya ingin memanfaatkan sisa usianya sebaik-baik yang dimauinya.
Maka, Veronica Memutuskan Mati adalah sebuah cerita tentang orang-orang yang terlempar di rumah sakit jiwa dan dianggap gila karena berbeda dengan masyarakat kebanyakan. Keinginan dan kesepakatan masyarakat atau kenanyakan yang  normal. Berbeda dengan mereka berarti tidak normal. Tidak normal berarti gila.
Ketidakmampuan mempertahankan diri menjadi beda kadang mengarah pada keputusasaan yang membuat orang memilih mengakhiri hidup. Sebuah sikap menghindar, bukan menerima dan bertahan dalam badai. Veronika pernah mengalami itu.
Saya rasa, novel ini adalah sebuah pengalaman Coelho sendiri. Dalam wawancara di Obrolan dengan Sang Penziarah, Coelho bercerita tentang hidupnya yang pernah merasakan hidup di rumah sakit jiwa. Sedari kecil Paulo ingin menjadi penulis tapi ditentang oleh orang tuanya. Tidak harus menjadi penulis untuk bisa menulis. Tapi dia tidak patah arang hingga orangtuanya menganggap itu adalah gila.
Ada hal pada mereka yang juga sama saya rasakan. Itulah sensasi yang kerap saya rasakan tiap kali membaca karya Coelho. Semoga saya tidak terjerumus pada vitriol. Vitriol di novel ini disebut-sebut sebagai sebuah virus yang mungkin bagi siapa saja terserang. Vitrol adalah virus kejiwaan. Vitriol adalah kegetiran yang dialami orang-orang ketika dalam keadaan takut menghadapi kenyataan. Pengidap vitrol akan membentuk dunia yang kebal terhadap ancaman dari luar dan tekanan sekeliling. Orang yang terserang vitriol lama-kelamaan akan kehilangan gairah untuk mencari pengalam baru dan berpetualang. Lama-kelamaan mereka akan tiba di suatu titik yang paling parah dimana hilang sudah rasa cinta, benci, dan gejala perasaan lainnya. Bahkan hilang juga gairah untuk hidup atau mati. Dan, tentu saja, semua orang punya peluang terserang vitriol.
Kembali ke VMM, apakah Veronika mati? Ternyata vonis Dr. Igor tadi hanyalah rekayasa. Dia memberikan sebuah obat buatan untuk Veronika yang efeknya adalah pada jantung. Ini masih dalam rangkaian penelitian Dr. Igor. Ini semua demi bab terakhir tesisnya bahwa "Kesadaran akan Kematian Membangkitkan Semangat Hidup yang Besar".

Bojonegoro, 12 Agustus 2014




Posting Komentar

Páginas

 

Copyright © Sebatas Menengok | Powered by Blogger | Template by 54BLOGGER | Fixed by Free Blogger Templates