Oleh
: Mohamad Tohir
pembaca buku. Namanya Rachma Laila |
MENJAWAB mengapa aku membaca buku ini
atau itu sebenaranya bukanlah sesuatu yang rumit meskipun pada kenyataannya rumit
juga.
Aku tak pernah bisa menjawabnya
dengan mantap dan meyakinkan pada siapa yang bertanya padaku. Biasanya aku akan
menjawab tentang kelebihan-kelebihan buku itu, isinya apa, bagaimana buku itu
berpengaruh besar pada kehidupan, dan bagaimana aku mendapatkan buku itu.
Padahal jawaban seperti
itu sebenarnya bukanlah yang sebenarnya ingin aku berikan. Sebenarnya aku musti
menjawab “aku ingin bisa menulis seperti ini/ itu. Seperti bagaimana penulis
buku ini/ itu menulis”. Itu adalah jawaban yang paling praktis dan jujur.
Berbelit-Belit
Kalau dipikir-pikir aku sering berbelit-belit dalam menyampaikan sesuatu. Tidak langsung ke persoalan inti.
Kalau aku piker-pikir
mengapa demikian, kemungkinan besar ini gara-gara buku. Gara-gara membaca buku
aku kerap muter-muter saat bicara. Dan ini rasanya aneh. Sama anehnya dengan
ketika pada suatu waktu tertentu aku menyadari bahwa sebuah buku yang tebalnya
sekitar 500 halaman ternyata sebenarnya hanya ingin menyempaikan hal yang
sebenarnya hanya 2-5 halaman. Menyadari hal itu terasa menjengkelkan sekali dan
500 halaman itu jadi terasa tidak berarti sama sekali.
Aku tidak tahu apakah
orang juga berpikir begitu. Ada yang iya ada pula yang tidak, tentu saja.
Sekilas Info :
Saat ini aku sedang terheran-heran karena sedang membaca 7 buku sekaligus, BFG, Matilda (keduanya karya Roald Dahl. Aku baru menyadari ternyata dia penulis yang asyik abis), Catatan Harian Orang Gila karya Lux Xun, grapic novel Lucky Luke karya Morris dan Tin Tin karya Herse, dan membaca ulang Norwegian Woodnya Murakami. Tentu saja tidak dalam satu waktu. Tiga malam aku tidak tidur gara-gara ini. Tapi tentu saja bukan tidak tidur sama sekali.
Posting Komentar